Setiadi Sopandi
- Kelvin Haryvaldo
- Jun 9, 2017
- 1 min read

Pria yang lahir pada tahun 1975 ini adalah seorang arsitek lulusan Universitas Katolik Parahyangan pada tahun 1998, 4 tahun berselang ia lulus dari National University of Singapore. Ia adalah salah satu arsitek yang menaruh perhatian lebih terhadap isu post-modern, ini tercermin dari skripsi yang ia buat dengan judul "Ekstrimisasi Arsitektur Post-Modern Sebagai Bahasa". Skripsi yang ia buat menjadi tolak ukur Setiadi Sopandi untuk melakukan aktualisasi diri di tahun terakhirnya berkuliah. Ia mengaku bahwa kandungan subjektifitasnya masih sangat tinggi, hal inilah yang membawa dia terjun kedalam dunia riset dan penulisan buku arsitektur, khususnya sejarah. Selain melakukan riset dan menulis buku, ia juga berpraktik sebagai arsitek di biro konsultan yang ia bentuk sendiri dan mengajar disalah satu universitas swasta dalam negeri.
Berbagai macam media ia gunakan untuk mengkritik berbagai hal yang langsung berhubungan dengan arsitektur, salah satunya adalah media online. Setiadi Sopandi mempunyai blog pribadi yang ia gunakan untuk mengeluarkan pemikiran dia secara bebas, blog pribadinya bisa kita buka di cungss.wordpress.com. Berbagai macam proyek yang dipegang langsung oleh Setiadi Sopandi sangatlah kontekstual terhadap lingkungan sekitar, contohnya adalah Sekolah Bogor Raya. Pada tahun 2014, ia terpilih sebagai kurator Paviliun Indonesia untuk Venice Biennale bersama dengan AVIANTI ARMAND, ACHMAD TARDIYANA, DAVID HUTAMA, ROBIN HARTANTO. Tema yang mereka angkat untuk paviliun adalah “Ketukangan: Kesadaran Material”.
Comments